Saya tidak pernah berpikir lagi bahwa pekerjaan yang menumpuk harus diselesaikan sampai pagi, toh masih ada hari esok.
Daya ingat dan daya pikir sebagai modal utama saya dalam bekerja yang semula pernah drop (lantaran saya pernah jatuh saat serangan datang sehingga pelipis harus dijahit), kini mulai pulih.
Dari segi penampilan, banyak teman yang iri melihat perut saya kempis.
Berat badan susut 11 kg, tinggal 75 kg.
Dengan berat ideal ini, saya leluasa bergerak bahkan sanggup naik turun tangga setinggi empat deret (40 anak tangga, red.) di kantor tanpa ngos-ngosan Saya pernah diberitahu oleh dokter bahwa mengetes baik-tidaknya jantung seseorang, bisa diukur bila sedang naik tangga.
Jika melewati dua deret anak tangga ia tidak terengah-engah, berarti jantungnya baik.
Nah, kalau saya sanggup mendaki sampai empat deret, itu merupakan berkah dari Tuhan.
Begitulah seterusnya.
Setelah lima bulan melangkah di jalan yang 89 Pengobatan alternali lurus', kemajuannya tampak pesat, serangan jantung tidak terjadi lagi hat Hal yang membuat gairah hidup kembali adalah ketika meli kembali hasil rontgen terakhir.
Di situ terekam bahwa jantung saya ke normal.
Seolah-olah Allah telah melakukan by-pass jantung sava sehingga keadaannya mendekati sempurna.
Alhamdullah Dibarengi Olahraga dan Dzikir Kalau dulu pukul 04.30, saya baru tertidur di ranjang karena kecapaian mengetik, kini saya sudah bangun untuk melakukan shalat Subuh.
Maklum, tidur saya pun nyenyak dengan napas yang teratur karena tidak kekenyangan.
Setelah shalat, saya berjalan kaki berkeliling kompleks bersama Widi (oh ya, berat badannya juga susut 10 kg.
Semula 75 kg, kini 65 kg) selama 30-40 menit sambil menghirup udara segar di pagi hari.
Sambil menikmati keindahan alam, tak lupa saya berdzikir, memuji kebesaran Tuhan sambil terus memohon kesembuhan.
Dzikir yang saya lakukan adalah dzikir galbi (dzikir dalam hat) Dzikir ini bisa dilakukan kapan dan di mana saja.
Saya sering berpikir bahwa orangyang sakit sebenarnya adalah orang yang dicintai Tuhan Karena cinta kepada kita, Tuhan memberi teguran yaitu lewat penyakit.
Asal sabar, displin, dan terus memohon kesembuhan, saya yakin kita akan mendapat pertolongan-Nya.
Sekembalinya ke rumah, biasanya Widi sudah menyiapkan jamu dari daun nimba (cara membuat lihat boks) yang menurut beberapa buku ramuan obat, air daun nimba ini berkhasiat sebagai tonikum yang baik untuk menjaga kebugaran dan menurunkan kolesterol.
Setelah minum jamu nimba, saya menenguk satu gelas air putih yang dilanjutkan dengan potongan buah pepaya.
Itulah menu sarapan saya.
Jika masih terasa lapar, buahnya saya tambah.
Memilih menu makan siang, tidak pusing lagi sebab dari ruman saya bawa bekal havermut yang tinggal diseduh dengan air panas.
Terus terang, setelah terbiasa dengan makan sehat, saya jadi takd jajan diwarung, apalagi makan makanan yang banyak mengandung vetsin (seperti mi bakso, nasi goreng, dill).
Diwaktu senggang, saya sering membuka-buka majalah Nlirmala. food combining ni dalam satu artikel, saya pernah membaca pengalaman seseorang ana sembuh dari satu penyakit lewat Reiki.
Saya pun membaca buku- buku tentang Reiki dan mempelajarinya dari seorang Master Reiki.
Ini sava lakukan demi kesembuhan.
Lewat energi Allah yang mengalir di tubuh, saya merasa lebih sehat.
Lebih Ekonomis Pengobatan dengan Food Combining, apabila saya kalkulasi ternyata lebih menguntungkan.
Satu minggu jika saya harus minum obat secara rutin, biayanya sekitar Rp 700.000,00.
Dalam sebulan berarti: 4x Rp 700.000,00 Rp 2.8 juta.
Pengalaman beberapa teman yang menggantungkan dirinya pada obat tidaklah selalu menggembirakan hasilnya.
a memang bisa bertahan hidup, sakit jantungnya berkurang, tetapi organ yang lain rusak berat.
Kemudian, dari beberapa buku yang saya baca, bahwa by-passing, balooning, tidaklah terlalu banyak membantu.
Pasien bertahan hidup paling lama tiga tahun.
Nyatanya alhamdulillah, tanpa harus di- oy-passsampai sekarang saya masih hidup Saya begitu percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan jika kita sendiri mau mengubah dan memperbaiki 'ulah' kita Saya memotivasi diri untuk sembuh.
aling tidak, ingin melihat cucu saya Jalan pagi bersama istri tercinta.
Daya ingat dan daya pikir sebagai modal utama saya dalam bekerja yang semula pernah drop (lantaran saya pernah jatuh saat serangan datang sehingga pelipis harus dijahit), kini mulai pulih.
Dari segi penampilan, banyak teman yang iri melihat perut saya kempis.
Berat badan susut 11 kg, tinggal 75 kg.
Dengan berat ideal ini, saya leluasa bergerak bahkan sanggup naik turun tangga setinggi empat deret (40 anak tangga, red.) di kantor tanpa ngos-ngosan Saya pernah diberitahu oleh dokter bahwa mengetes baik-tidaknya jantung seseorang, bisa diukur bila sedang naik tangga.
Jika melewati dua deret anak tangga ia tidak terengah-engah, berarti jantungnya baik.
Nah, kalau saya sanggup mendaki sampai empat deret, itu merupakan berkah dari Tuhan.
Pasien bertahan hidup paling lama tiga tahun
Serangan jantung yang semula bisa dua kali sehari, mundur dua hari sekali, kemudian berkurang lagi menjadi empat hari sekali.Begitulah seterusnya.
Setelah lima bulan melangkah di jalan yang 89 Pengobatan alternali lurus', kemajuannya tampak pesat, serangan jantung tidak terjadi lagi hat Hal yang membuat gairah hidup kembali adalah ketika meli kembali hasil rontgen terakhir.
Di situ terekam bahwa jantung saya ke normal.
Seolah-olah Allah telah melakukan by-pass jantung sava sehingga keadaannya mendekati sempurna.
Alhamdullah Dibarengi Olahraga dan Dzikir Kalau dulu pukul 04.30, saya baru tertidur di ranjang karena kecapaian mengetik, kini saya sudah bangun untuk melakukan shalat Subuh.
Maklum, tidur saya pun nyenyak dengan napas yang teratur karena tidak kekenyangan.
Setelah shalat, saya berjalan kaki berkeliling kompleks bersama Widi (oh ya, berat badannya juga susut 10 kg.
Semula 75 kg, kini 65 kg) selama 30-40 menit sambil menghirup udara segar di pagi hari.
Sambil menikmati keindahan alam, tak lupa saya berdzikir, memuji kebesaran Tuhan sambil terus memohon kesembuhan.
Dzikir yang saya lakukan adalah dzikir galbi (dzikir dalam hat) Dzikir ini bisa dilakukan kapan dan di mana saja.
Saya sering berpikir bahwa orangyang sakit sebenarnya adalah orang yang dicintai Tuhan Karena cinta kepada kita, Tuhan memberi teguran yaitu lewat penyakit.
Asal sabar, displin, dan terus memohon kesembuhan, saya yakin kita akan mendapat pertolongan-Nya.
Sekembalinya ke rumah, biasanya Widi sudah menyiapkan jamu dari daun nimba (cara membuat lihat boks) yang menurut beberapa buku ramuan obat, air daun nimba ini berkhasiat sebagai tonikum yang baik untuk menjaga kebugaran dan menurunkan kolesterol.
Setelah minum jamu nimba, saya menenguk satu gelas air putih yang dilanjutkan dengan potongan buah pepaya.
Itulah menu sarapan saya.
Jika masih terasa lapar, buahnya saya tambah.
Memilih menu makan siang, tidak pusing lagi sebab dari ruman saya bawa bekal havermut yang tinggal diseduh dengan air panas.
Terus terang, setelah terbiasa dengan makan sehat, saya jadi takd jajan diwarung, apalagi makan makanan yang banyak mengandung vetsin (seperti mi bakso, nasi goreng, dill).
Diwaktu senggang, saya sering membuka-buka majalah Nlirmala. food combining ni dalam satu artikel, saya pernah membaca pengalaman seseorang ana sembuh dari satu penyakit lewat Reiki.
Saya pun membaca buku- buku tentang Reiki dan mempelajarinya dari seorang Master Reiki.
Ini sava lakukan demi kesembuhan.
Lewat energi Allah yang mengalir di tubuh, saya merasa lebih sehat.
Lebih Ekonomis Pengobatan dengan Food Combining, apabila saya kalkulasi ternyata lebih menguntungkan.
Satu minggu jika saya harus minum obat secara rutin, biayanya sekitar Rp 700.000,00.
Dalam sebulan berarti: 4x Rp 700.000,00 Rp 2.8 juta.
Pasien bertahan hidup paling lama tiga tahun
Apalagi jika jantung harus di-by-pass biayanya tidak kurang dari Rp 10 juta! Dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini, agaknya perlu juga kita menyiasati kesehatan Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran segar,kami tidak merasa 'ditodong dari segi finansial, apalagi keduanya sangat aman bila dibandingkan dengan obat- obatan.Pengalaman beberapa teman yang menggantungkan dirinya pada obat tidaklah selalu menggembirakan hasilnya.
a memang bisa bertahan hidup, sakit jantungnya berkurang, tetapi organ yang lain rusak berat.
Kemudian, dari beberapa buku yang saya baca, bahwa by-passing, balooning, tidaklah terlalu banyak membantu.
Pasien bertahan hidup paling lama tiga tahun.
Nyatanya alhamdulillah, tanpa harus di- oy-passsampai sekarang saya masih hidup Saya begitu percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan jika kita sendiri mau mengubah dan memperbaiki 'ulah' kita Saya memotivasi diri untuk sembuh.
aling tidak, ingin melihat cucu saya Jalan pagi bersama istri tercinta.
Comments
Post a Comment